Jumat, 18 Maret 2011

thumbnail

Hal-hal yang dapat membuat kita tetap bersemangat dalam doa

1. Mohon rahmat Tuhan agar kita bisa masuk dalam doa.

2. Sediakan waktu khusus untuk menjaga relasi kita dengan Tuhan.

3. Tetap bertekun sekalipun kita sedang tidak bersemangat untuk berdoa. Lawan rasa enggan untuk berdoa bila kesempatan itu datang.

4. Sediakan 'tempat khusus' untuk bisa dapat duduk tenang. Dalam keramaian kita bisa mengundurkan diri dan masuk ke dalam tempat khusus tersebut.

5. Membaca kitab suci, ambil satu ayat yang berkesan buat kita mempersiapkan batin sebelum berdoa. Imani tiap ayat tsb sebagai hal yang akan memurnikan hati dan jiwa kita.

6. Miliki catatan doa. Sentuhan rahmat terjadi kapan saja dan di mana saja. Kalau kita tidak mencatatnya kita akan lupa. Kapanpun atau di manapun tiap hati tergerak sebelum berdoa, catat. Apa yang kita terima setelah kita berdoa, catat. Apapun yang kita terima sebelum, sesaat kita berdoa atau setelah kita berdoa, tulislah itu dalam catatan pribadi kita.

7. Kembangkan pola hidup doa yang sungguh.

8. Bila suatu hal susah kita bawa dalam doa maka cobalah berpuasa sambil kita berdoa. Manusia terdiri atas 3 daya; daya rohani, daya psikis dan daya jasmani. Bila kita berpuasa, kita mendera tubuh kita dan mengisolasi jiwa sehingga daya rohlah yang akan menguasai diri kita. Karena itu saat doa kita terasa tidak punya kuasa, puasa akan membantu doa kita.


8 dari 15 anjuran agar kita bisa berdoa dengan baik menurut Rm Adolf Heuken, SJ
thumbnail

Allah Menyelesaikan Segala Perkara dan Kasih-Nya Menyembuhkan

Namaku Novita dan aku adalah ibu dari putra kembar yang kini berusia 9 tahun. Aku mengikuti retret awal di tahun 2006 dan retret penyembuhan batin kemarin ini, April 2009. Yang ingin aku bagikan disini adalah bagaimana Yesus berbicara padaku, menyelesaikan perkaraku satu persatu dan menjawab doa-doaku dengan caraNYA sendiri. Aku menikah di tahun 1999 dan ketika aku hamil 7 bulan, suamiku meninggalkan Kristus untuk menikahi kekasihnya. Aku mengetahui hal tersebut ketika anak-anak baru dilahirkan dan berusia satu bulan. Setelah melalui satu proses yang tidak mudah, suamiku menceraikan istri keduanya dan kembali kepada kami. Namun masalah tidak berhenti di situ. Sejak saat itu aku kerap menerima tindak kekerasan baik fisik maupun mental dari suami aku, mulai dari dicemooh, dilempar sisir, diludahi sampai dipukuli. Dia pun tak berhenti berpindah dari satu perempuan ke perempuan lain dan ada beberapa dari mereka yang dibawa ke rumah. Semuanya aku simpan sendiri. Baik orang tua maupun teman tidak ada yang tahu. Kalau aku ke kantor dengan wajah lebam dan ada teman yang bertanya, aku katakan bahwa aku secara tidak sengaja kejeduk kepalanya anak-anak, dan banyak alasan yang lain.

Satu malam, ketika aku menemukan kartu penuh ucapan cinta untuk suami aku dari salah satu wanitanya, sambil menangis aku berkata pada diri sendiri, “Aku merasa sangat sendirian.” Di saat itu, terdengar dengan jelas suara yang lembut yang dengan penuh iman aku yakini, itu adalah Yesus yang berbicara padaku. Dia mengatakan, “Kamu tidak sendiri, ada Aku bersamamu.” Begitu aku sadar, aku menangis sejadi-jadinya. Betapa bodohnya aku yang berpikir bahwa aku seorang diri.

Di malam yang lain di saat aku sudah tidak tahan akan beban yang begitu berat, aku memutuskan untuk bunuh diri. Aku pikir dengan bunuh diri, masalah aku selesai. Sambil menimbang-nimbang apakah aku mau gantung diri, potong urat nadi atau minum obat nyamuk, aku pikir aku berdoa dulu saja, mau minta supaya Tuhan cepat-cepat ambil nyawaku. Akupun berdoa dan bilang “Tuhan, aku titip anak-anak. Tolong supaya Engkau cepat-cepat mengambil nyawaku, aku sudah tidak kuat.” Untuk kedua kalinya, Yesus menyapaku yang aku dengar dengan jelas, kataNYA, “Hidupmu adalah anugrah terbesar dariKU, mengapa ingin kau sia-siakan.” Mendengar itu, aku sadar dan menangis meminta ampun dari Tuhan.

Aku ikut retret awal karena aku kuatir bahwa aku menjadi agak tidak waras. Sebelum aku ikut retret, aku tidak mengerti mengapa di tengah penderitaan hidup, ketika aku berdoa aku bisa berkata, “Terima kasih Tuhan karena aku boleh ikut merasakan sedikit dari penderitaanMU waktu Engkau memikul salib.” Waktu itu aku berpikir aku mulai gila dengan berdoa seperti itu. Kini aku mengerti bahwa salib bisa membawa sukacita dan Roh Kudus membimbing kita ketika kita menyerahkan diri pada Tuhan saat kita berdoa. Di retret awal, aku mendapat banyak sekali pengalaman iman yang begitu indah. Setiap aku menutup mata, aku bisa membayangkan Yesus dengan jubah putihnya yang berkilau membuka tanganNYA untukku. Ada saat di mana aku melihat Yesus yang mengulurkan tanganNYA ke aku. Dan satu pesan yang aku dapat dan ingat waktu aku konseling adalah: jangan sombong dihadapan Tuhan. Keselamatan menurut Tuhan tidak sama dengan keselamatan menurut ibu.

Pulang dari retret awal, masalah memang tidak selesai bahkan aku dibawa pada titik kepasrahan yang terendah dalam hidupku. Anak-anakku dibawa pergi dan disembunyikan oleh suamiku selama hampir 4 bulan. Mereka hilang bagai ditelan bumi. Keluarga suami tidak ada yang mau membantu. Aku berdoa, mohon supaya Tuhan segera mengembalikan anak-anak. Setiap malam aku mohon itu dari Tuhan tapi entah mengapa rasanya doaku seolah tidak terangkat. Aku pun marah sama Tuhan dan berhenti berdoa selama dua hari. Kemudian satu hari, aku terbangun pukul tiga pagi. Aku keluar kamar, duduk di ruang tamu dan berdoa. Aku cuma bisa berkata, “Tuhan, kalau boleh, ijinkan aku mengasuh dan membesarkan kedua buah hatiku, tapi Tuhan, kehendakMUlah yang terjadi.” Tiga hari aku ucapkan doa itu, kemudian aku dipertemukan dengan anak-anak.

Saat ini setelah suamiku melakukan tindak kekerasan yang menyebabkan salah satu tulang rusuk bagian depanku bergeser dan pada akhirnya ia memilih untuk hidup dengan salah satu wanitanya yang lain, aku pun berkonsultasi dengan pastor di Keuskupan Agung Jakarta dan kami berpisah. Aku membesarkan anak-anak sendiri. Dalam doa aku sering meminta kepada Yesus supaya DIA memampukan aku untuk membesarkan kedua buah hatiku dengan sabar, bijaksana dan penuh kasih. DIA menjawab doaku dengan mengundangku ke retret penyembuhan batin. DIA mengundangku karena DIA mau menyembuhkan luka-luka batinku supaya aku tidak menorehkan luka pada anak-anakku. Luka bisa berbuah luka dan Yesus yang begitu besar cintaNYA padaku dan anak-anakku, tidak menginginkan hal itu terjadi. DIA mau menyembuhkanku. Itulah jawabanNYA atas doaku.

Di dalam retret, aku dibawa pada kesadaran akan cinta Tuhan. Namun aku pun diingatkan kembali akan semua luka dan sakit hati yang kualami dan rasanya memang sakiiittttt sekali. Semua pengkhianatan suamiku dan tindak kekerasan yang aku terima baik fisik maupun mental diputar kembali dibenakku. Aku meminta supaya Yesus mau mengambil semua rasa sakit itu dan semua luka-lukaku. Dan DIA menjawab permohonanku. Bahkan diluar dugaan, ketika pembasuhan kaki, ada seorang figur yang wajahnya mirip dengan suamiku dan ada yang mirip dengan wanita yang kini hidup dengannya. Aku pun membasuh kaki mereka. Karena rahmat Tuhan dan kemurahan kasihNYA, aku pun bisa mengampuni suamiku dan wanita yang kini hidup dengannya. Dan itu sungguh amat melegakan.

Yesusku menyembuhkanku. Dengan kesembuhanku, aku dimampukan untuk membesarkan kedua anakku dengan penuh kasih dan tidak menorehkan luka pada mereka. DIA yang mengerti kebutuhanku dan DIA yang menjawab semua doa-doaku dengan caraNYA sendiri. Satu ayat Kitab Suci yang selalu kuingat: ‘Serahkanlah hidupmu pada Tuhan dan percayalah kepadaNYA, dan DIA akan bertindak’ (Mazmur 37:5)

Written by Novita Patricia
sumber: www.carmelia.net
thumbnail

Meditasi Itu Kebutuhan

Era Meditasi
Kelompok-kelompok meditasi sedang marak di Jakarta. Orang-orang berbondong-bondong mencari penyegaran batin dan fisik lewat praktik-praktik yoga, meditasi transendental, crystal healing, terapi aroma, dan lain-lain. Pencapaian gelombang alpha (gelombang pada frekuensi rendah) pada otak memang membuat kecanduan. Stress berkurang. Pikiran menjadi lebih jernih. Badan pun terasa lebih segar. Produktivitas meningkat.
Fenomena-fenomena seperti yang ditemukan di Jakarta sebenarnya sudah menjadi salah satu kultur global. Dokumen Vatikan yang berjudul “Yesus Kristus, Pengemban Air Hidup – Refleksi Kristiani atas ‘New Age’”, mensinyalir adanya pergeseran fundamental cara pandang orang dewasa ini terhadap kehidupan:

1. Dari fisika mekanistik Newtonian kepada fisika quantum;
2. Dari pengagungan rasio modernitas kepada penghargaan atas perasaan, emosi, dan pengalaman (sering dipaparkan sebagai pergeseran dari ‘otak kiri’ – pemikiran rasional kepada ‘otak kanan’ – pemikiran intuitif);
3. Dari dominasi maskulinitas dan patriarki kepada suatu perayaan femininitas, di dalam diri individu maupun dalam masyarakat.

Harus diakui bahwa praktik-praktik new age memang dapat membawa kesegaran lahir-batin, bahkan perbaikan kehidupan moral. Akan tetapi, praktik-praktik aquarian yang ditawarkan mereka itu belumlah cukup. Pada tingkatan tertentu, spiritualitas mereka harus ditinjau secara kritis. Di balik gerakan-gerakan new age ada sinkretisasi (pencampur-adukan) unsur-unsur esoterik (ketertarikan pada paham-paham misterius dan yang berbau klenik) dan sekular. Sinkretisasi ini mengarah pada pengagungan berlebihan pada pribadi manusia dan kapasitasnya. Pada tahapan pengagungan ini diyakini manusia dapat memperoleh kuasa ilahi dengan usahanya sendiri. Setiap manusia punya potensi untuk menjadi ‘allah’ ketika mereka menyatukan kesadarannya (atau menyamakan getaran mereka) dengan getaran alam semesta.
Paham new age tentang manusia secara implisit menyatakan sikap mereka tentang Allah. Bagi aliran ini, Allah ialah “prinsip hidup non-personal”, “semangat atau roh yang meresapi alam semesta”. Allah bukanlah pribadi, melainkan akumulasi dari kesadaran-kesadaran yang meresapi segalanya. Meditasi dan segala olah batin diarahkan kepada penyatuan dan harmonisasi dengan kesadaran universal tersebut.

Hati-hati Memilih Metode Meditasi
Kalau saya katakan “meditasi itu kebutuhan”, jelaslah yang saya maksudkan bukanlah meditasi ala new age. Meditasi Katolik sama sekali berbeda dengan meditasi semacam itu. Cara duduk dan metode pemusatan boleh mirip. Akan tetapi, spiritualitas dan tujuannya sama sekali berbeda. Meditasi ala new age diklaim tidak saja membawa manusia kepada kesegaran jiwa-raga, tetapi mengarahkan manusia pada pencerahan, yang membuatnya setara dengan manusia-manusia utama yang pernah hidup. Yesus dari Nasareth diakui sebagai salah satu saja dari manusia-manusia tersebut. Dengan kata lain, new age menegaskan bahwa setiap manusia bisa menjadi ‘Mesias’, ‘Budha’, atau ‘Avatar’ yang lain. Ada pun, meditasi Katolik mengarah pada persatuan dengan Allah lewat jalan penyerahan diri dan kerendahan hati. Meditasi Katolik selalu sekaligus adalah doa.
Di dalam meditasi Katolik terkandung suatu kesadaran bahwa Allahlah yang terlebih dahulu mengasihi manusia. Dia lebih rindu untuk mencari manusia daripada manusia rindu mencari Dia. Pemusatan batin dan meditasi diarahkan untuk persiapan kepada doa yang lebih mendalam, yakni kontemplasi. Allah rindu mencari manusia dan berkomunikasi dengannya. Pada tahapan doa yang paling dalam, manusia betul-betul berjumpa dan bersatu di dalam Dia, sehingga tidak ada lagi kata-kata. Pikiran Allah menjadi pikiranku. Kehendak Allah menjadi kehendakku. Itulah kontemplasi ilahi. Itulah harta karun dan mutiara terpendam yang luar biasa berharganya.
Nilai luar biasa dari meditasi dan kontemplasi ilahi ini bisa dilihat dari buah-buahnya:

1. Dengan latihan-latihan ini orang sungguh-sungguh belajar menguasai badan, perasaan, dan pikiran. Dengan demikian, daya perhatian/konsentrasi diperbesar.
2. Penguasaan pikiran dan fantasi pada gilirannya akan memperbaiki ingatan, menggiatkan aktivitas intelektual, serta memperkuat kehendak.
3. Manfaat terbesarnya terdapat pada bidang rohani:

* Hidupnya menjadi ilahi, sehingga apa yang dilakukannya menjadi semakin bernilai di mata Tuhan dan akan merupakan berkat yang besar bagi seluruh Gereja, bahkan umat manusia.
* Dia sendiri juga akan dipenuhi dengan kebahagiaan yang mendalam. Dia akan bebas dari segala bentuk kekuatiran dan kerisauan dan lebih tahan menanggung segala beban dan salib kehidupan.
* Budinya pun akan memperoleh terang ilahi yang lebih besar sehingga ia akan dapat lebih menyelami misteri Allah, baik yang terkandung dalam Alkitab, maupun yang nyata dari karya-karya Allah.
* Kasih dan kebahagiaannya akan meluap keluar kepada orang-orang sekelilingnya.


Metode Meditasi Katolik
Meditasi ala new age berakar dari penghargaan berlebihan pada kemampuan manusia dan berujung pada pemberhalaan manusia. Saya tidak menemukan kata-kata yang cocok untuk mendeskripsikan aliran ini selain kata: “sombong”. Terang yang mereka tawarkan hanya akan membawa kepada kebutaan. Seperti kalau terlalu lama melihat terang yang menyilaukan, manusia akan buta. Kesombongan semacam ini amat lekat dengan kesombongan Lusifer, sang Malaikat Terang yang jatuh itu.
Meditasi Katolik bersumber dari kesadaran akan kelemahan manusiawi dan keterbukaan terhadap rahmat penebusan Kristus. Tujuan dari meditasi ini adalah persatuan dengan Allah. Bukan untuk menjadi Allah, melainkan supaya Allah dapat bekerja dengan bebas melalui anak-anak-Nya. Jika akar meditasi new age ialah kesombongan, dasar meditasi Katolik ialah kerendahan hati.
Ada beberapa metode meditasi Katolik yang sudah teruji. Antara lain: doa Yesus (dengan mengulang-ulangi nama Yesus) atau lectio divina (meditasi dengan menggunakan sarana Kitab Suci). Di bawah ini saya akan memberikan petunjuk untuk melakukan kedua bentuk meditasi ini:

Petunjuk praktis untuk Melakukan Doa Yesus
Ambillah sikap duduk yang baik, entah dengan bersila ataupun dengan dingklik. Yang penting punggung harus tegak. Kalau bersila, usahakan agar kedua lututmu menempel pada lantai. Sarana berupa bantal dapat dipakai di sini untuk mengganjal pantat. Mata dapat dipejamkan atau dibuka. Kalau dibuka arahkan kira-kira satu meter ke depan di lantai.
Tajamkan indera-inderamu. Mulailah dengan telinga. Arahkan pendengaranmu kepada suara-suara yang paling jauh sampai yang paling dekat, yang paling keras sampai yang paling sayup. Setelah itu bayangkan suara-suara itu mengalir seperti sungai. Demikian pula perasaan-perasaan yang menerpa kulitmu, entah itu gatal, dingin, panas, gesekan dengan baju. Rasakan juga debaran jantung dan denyut nadimu. Tajamkan perasaanmu lalu biarkan berlalu. Jangan diperhatikan. Lakukan hal yang sama untuk penciuman dan terakhir pikiranmu. Biarkan semua mengalir seperti sungai.
Di dalam meditasi jauh lebih sulit menolak pelanturan secara keras dibandingkan hanya sekedar membiarkan setiap pelanturan atau gangguan berupa suara-suara berlalu seperti sungai. Perbandingannya demikian, ketika kita sedang konsentrasi berbicara dengan orang lain di pasar, kita sadar bahwa di sekitar kita orang berlalu-lalang. Namun, mereka yang berlalu-lalang serta pembicaraan di sekitar anda tidak akan mengganggu pembicaraan anda. Demikian pula halnya dengan komunikasi dengan Allah. Biarkan yang lain itu berlalu-lalang, jangan diperhatikan.
Tariklah nafas panjang dan hembuskan secara perlahan. Lakukan sepelan dan selembut mungkin, tetapi jangan dipaksakan. Wajar dan rileks saja. Lalu, mulailah dengan menyebut nama Yesus dengan penuh iman dan cintakasih. Engkau dapat meritmekannya pada irama napasmu. Waktu tarik napas: Yeee, waktu keluar: susss. Atau boleh juga: Tuhannnn ––– Yesussss. Dapat pula: Tuhan Yesus Kristus ––– Putera Allah yang hidup ––– Kasihanilah aku ––– orang berdosa ini. Atau: Tuhan Yesus Kristus ––– kasihanilah aku.

Petunjuk praktis untuk Melakukan Lectio Divina
Ambillah suatu teks Kitab Suci yang sudah kaukenal dan kaupersiapkan sebelumnya. Lakukan lectio divina dalam 4 langkah:

1. Pertama: lectio atau bacaan. Bacalah penuh perhatian, perlahan-lahan. Bertanyalah: Apakah arti teks itu dalam konteksnya dan menurut konteks kebudayaan waktu itu?
2. Kedua: meditatio atau peresapan. Resap-resapkan teks atau kalimat tersebut, khususnya yang menyentuh hatimu. Engkau dapat bertanya: Apa yang dikatakan Tuhan kepadaku secara pribadi melalui teks ini? Apa jawabanku pribadi? Kemudian teks atau kalimat yang menyentuh hatimu itu dapat kauulang-ulangi sampai puas hatimu.
3. Ketiga: oratio atau doa. Berdasarkan teks tersebut bicaralah dengan Tuhan dari hati ke hati dan ungkapkan isi hatimu kepada-Nya. Ingatlah, dalam doa yang terpenting bukanlah banyak berpikir tentang Tuhan, melainkan banyak mencintai. Itulah pesan Santa Teresa Avila.
4. Keempat: contemplatio atau kontemplasi. Sesudah berbicara sejenak, belajarlah diam, mendengarkan Tuhan, sambil memandang dengan iman Dia yang hadir dalam dirimu atau di hadapanmu. Bila perhatianmu tidak dapat terpusat lagi pada Tuhan yang hadir, kembalilah ke langkah pertama dan mulai dengan teks atau ayat berikutnya. Proses itu diulangi seperti di atas sampai waktu yang ditentukan untuk doa telah selesai.

Penutup
Banyak orang yang mengaku sulit berkonsentrasi dalam meditasi. Itu hal yang wajar sebab meditasi itu latihan. Tidak ada orang yang langsung bisa masuk melompati masa latihan bermeditasi. Semakin seorang terlatih dalam meditasi, semakin siap ia masuk ke dalam keheningan lahir, batin, dan rohani. Karena itu, tidak perlu patah semangat kalau masih sulit masuk. Yang paling penting ialah usahamu untuk memberikan waktu kepada Tuhan.

Oleh: Rm Georgius Paulus
thumbnail

Merayakan Ekaristi dengan Khidmat

Perayaan yang Luhur
Perayaan Ekaristi adalah perayaan luhur yang diwariskan Kristus kepada kita. Sejak Gereja Perdana, umat Kristen senantiasa bertekun “memecahkan roti” (Kis 2:42.46) untuk mengenang sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus. Sekaligus dalam Ekaristi ini kita menantikan kedatangan-Nya yang mulia pada akhir zaman (bdk. 1 Kor 11:26). Dalam perayaan Ekaristi kita menyanyikan anamnesis setelah konsekrasi untuk mengenang sengsara-wafat dan kebangkitan Kristus serta menantikan kedatangan-Nya kedua kali.
Perayaan Ekaristi juga merupakan perayaan luhur dan penting karena melalui Ekaristi kita menerima “paket lengkap” kehadiran Tuhan (SC 7), yakni melalui:

[•] Umat yang berhimpun dalam nama-Nya,
[•] Imam, pemimpin perayaan Ekaristi, yang bertindak dalam nama Yesus,
[•] Kitab Suci yang diwartakan,
[•] Tubuh (dan Darah) Kristus yang kita sambut dalam komuni.


Perayaan Bersama Yang Sakral
Dalam Ekaristi Kudus, kita disatukan oleh Tuhan sendiri di sekitar altar untuk diteguhkan oleh Firman-Nya dan makan-minum dari Tubuh dan Darah yang satu dan sama. Kebersamaan ini secara nyata tampak dalam Komuni kudus, dimana kita tidak hanya bersatu dengan Tuhan, tetapi juga disatukan dengan yang lainnya. Maka peristiwa dalam perayaan Ekaristi adalah sesuatu yang sakral.

Dalam Konstitusi Liturgi dari Konsili Vatikan II dinyatakan, “ Umat beriman janganlah menghadiri misteri iman sebagai orang luar atau penonton yang bisu, elainkan sedemikian rupa sehingga melalui upacara dan doa-doa mereka memahami misteri itu dengan baik, dan ikut serta dengan penuh khidmat dan secara aktif. Hendaknya mereka dengan rela hati menerima pelajaran dari Sabda Allah, disegarkan oleh santapan Tubuh Tuhan dan bersyukur kepada Allah” (SC 48). Jadi, perayaan bersama yang sakral ini di satu pihak menuntut keterlibatan aktif kita dalam menjawab doa, menyanyi, maupun bersikap liturgi yang sama, tetapi di lain pihak juga menuntut kita untuk terlibat menciptakan suasana khidmat agar kita masing-masing bisa mengalami sentuhan Tuhan dalam perayaan ini. Konsekuensinya kita juga harus bertoleransi dan membantu orang lain sedapat mungkin mengalami sentuhan Tuhan dalam Ekaristi.

Waktu Hening dalam Misa Kudus
Kita tahu bahwa Misa Kudus adalah perayaan kita bersama, perayaan seluruh umat sehingga kita semua yang hadir diminta untuk berpartisipasi aktif dalam liturgi dengan berdiri, berlutut, berdoa, menjawab, menyanyi, dan mendengarkan bersama (bdk. SC 48). Maka tidak cukup bila dalam Misa Kudus kita hanya duduk-berdiri dan diam atau sibuk berdoa rosario sendiri, atau malahan ngobrol terus tiada henti. Tetapi yang menjadi persoalan, kapankah kita mempunyai waktu hening, untuk berdoa secara pribadi kepada Tuhan dalam Misa Kudus, bukankah Tuhan Yesus berkenan menjadi sahabat kita (Yoh 15:14), yang berarti siap mendengarkan keluh-kesah dan uneg-uneg kita? Kapan kesempatan kita bisa berdoa secara pribadi untuk menyampaikan ujud pribadi kita?

Perlunya Ujud Pribadi
Ada kalanya orang pergi ke Misa Kudus sekedar memenuhi kewajiban sehingga merasa ogah-ogahan atau menjalaninya secara formalitas. Situasi demikian bisa disiasati dengan membawa intensi pribadi dalam Misa kudus, yakni ujud khusus yang kita doakan dalam Misa Kudus. Ujud pribadi yang akan kita doakan dalam hati ini tidak hanya berkutat untuk kepentingan diri, tetapi mesti menjangkau juga pada kesejahteraan orang lain, entah anggota keluarga, teman-pergaulan, maupun kenalan kita. Doa kita sangatlah berguna bagi damai sejahtera orang lain. Itulah yang dilakukan Maria dalam pesta perkawinan di Kana (Yoh 2:1-12), keempat orang yang menggotong temannya yang lumpuh (Mrk 2:5, melihat iman mereka), seorang ibu Kanaan bagi kesembuhan putrinya (Mat 15:21-28), kedua bapak yang memohonkan kesembuhan bagi anaknya (Mat 9:18-25; Mat 17:14-21), dan juga dilakukan oleh perwira Romawi di kota Kapernaum bagi kesembuhan hambanya (Mat 8:5-13). Dan permohonan dan intense demikian sangatlah berguna bagi mereka.

Kapan Mendoakannya?
Kesempatan pertama, tentu pada saat sebelum dan sesudah perayaan Ekaristi dimulai. Hal demikian memang tak bisa dilakukan oleh mereka yang biasa datang terlambat ataupun pulang mendahului berkat penutup. Selain doa pribadi, waktu hening sebelum misa juga bisa dimanfaatkan dengan persiapan batin dengan membaca bacaan yang akan diwartakan.

Kedua, pada saat hening di antara “Marilah Berdoa” dan doa pembuka yang diucapkan oleh romo. Pada saat hening ini kita diberi kesempatan untuk menyampaikan ujud-ujud pribadi kita dalam hati, yang kemudian dirangkum oleh romo dengan doa pembukaan yang resmi.
Ketiga, pada waktu persembahan. Kolekte merupakan simbol persembahan diri kita sekaligus ujud dan permohonan kita. Itulah yang akan disatukan dengan kurban Kristus di altar. Kurban Kristus inilah yang berkenan pada Allah Bapa.

Keempat, sebelum dan sesudah Komuni. Yesus yang bersabda dalam bacaan Injil, Yesus itu juga yang kita sambut dalam Komuni Kudus. Maka dalam doa pribadi ini kita bisa menanggapi Sabda Tuhan yang baru kita dengar itu, misalnya dengan menyampaikan niat-niat untuk menanggapi sabda Tuhan/ khotbah, mohon kekuatan untuk melaksanakan niat itu, atau menyampaikan ujud pribadi kita tadi. Saat-saat setelah komuni merupakan kesempatan emas bagi kita untuk lebih intens berbicara dengan Tuhan Yesus yang telah berkenan hadir di hati kita.

Upaya Menciptakan Kekhidmatan
Secara konkret apa yang bisa kita lakukan untuk menciptakan suasana khidmat dalam perayaan Ekaristi? Kiranya beberapa catatan praktis dan kritis berikut ini perlu diperhatikan:

[1]. Tidak Datang Terlambat – Pulang Cepat
Dalam perayaan Ekaristi, selalu saja masih ada yang suka datang terlambat dan pulang cepat. Ekaristi, dimana kita bisa mengalami kehadiran Tuhan, pun mereka perhitungkan secara praktis dan ekonomis. Mereka yang datang lambat dan pulang cepat ini agaknya kurang menyadari nilai kebersamaan dengan yang lain. Sekedar memikirkan “keselamatan individual”. Begitu sudah dapat “jatah komuni”, segera pulang duluan. Padahal, perilaku demikian bisa mengganggu konsentrasi umat di sekitar kita, setidaknya yang duduk sebangku dengan kita. Tentu, bukan dimaksudkan di sini, bahwa mereka yang datang terlambat tak boleh masuk. Tetapi, sedapat mungkin kita upayakan agar kita bisa mengikuti perayaan Ekaristi secara utuh dari awal sampai akhir.

[2.] Pakaian yang Pantas
Pakaian disebut pantas, manakala cocok dengan “situasi-kondisinya”. Pakaian tidur tak selayaknya dipakai untuk menerima tamu. Baju pesta tidak cocok kita kenakan di kolam renang. Demikian juga dengan pakaian untuk ke gereja, kita mesti ingat, kita mau bertemu dengan siapa. Dengan Tuhan dan umat yang lain. Maka tak bisa kita berdalih, “Peduli amat dengan pakaian, yang terpenting kan hati saya”. Sebab di gereja kita berdoa bersama yang lain. Pakaian kita yang terlalu nyleneh, super ketat, “you can see”; kerap malah menjadi batu sandungan bagi yang lain. Artinya, mereka yang duduk di sekitar kita sebenarnya sungguh mau berdoa, tetapi lantaran menyaksikan dandanan kita yang kurang pantas, jadinya terganggu juga: entah mencela dalam hati ataupun berpikiran lain. Memang semua tergantung pada orangnya. Tetapi, alangkah bijak bila kita tidak membawa orang lain jatuh dalam pencobaan. Tulis St. Paulus, “Karena itu, janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung” (Rom 14:13).

[3.] Berisik dan Ngobrol dengan Siapa?
Omong-omong dan berisik dengan umat sebangku, apalagi sampai ngobrol, sungguh mengganggu yang lainTerlebih selama perayaan Ekaristi sebenarnya merupakan kesempatan emas bagi kita untuk mendengarkan firman Tuhan dan menanggapinya dengan doa-doa kita. Kalaupun mau ngobrol, kita masih punya waktu dan kesempatan di luar gereja setelah Misa Kudus.

[4.] HP: Saya Siap Sedia untuk Siapa?
Di pintu masuk gereja biasanya ada peringatan agar HP dinonaktifkan agar membantu kekhidmatan suasana perayaan Ekaristi. Namun kenyataannya, tidak jarang terjadi selama perayaan Ekaristi berlangsung terdengar suara HP berdendang di gereja. Apa ini artinya? HP yang selalu on - aktif, sebenarnya menandakan kita bersiap sedia menerima panggilan dan pesan. Sayangnya, bukan panggilan dan pesan dari Tuhan, melainkan dari kolega dan mereka yang berada di luar gereja. Agar bisa siap sedia mendengarkan firman Tuhan, untuk sementara kesiapsediaan kita pada dunia luar, mesti kita non aktifkan. Tanpa itu, niscaya pikiran kita akan terus bercabang.

[5.] Soal Klasik: Anak-Anak
Berkaitan dengan kekhidmatan suasana perayaan Ekaristi, kerap anak-anak kecil juga dituding sebagai penyebabnya. Memang tidak semua anak bisa duduk tenang bersama orang tuanya. Harus ada banyak trik untuk mensiasatinya, mulai dari memberi pengertian dari rumah, membawakan mainan, mengajaknya keluar gereja bila menangis dan rewel, ataupun menitipkannya di Minggu Gembira selama perayaan Ekaristi berlangsung dan dibawa masuk kembali untuk menerima berkat di dahi pada saat komuni. Persoalan ini juga saya singgung dalam “Membangun Religiositas Katolik dalam Keluarga” pada buku SKP-4: Mendidik Anak secara Katolik (Pustaka Nusatama, 2006). Harus diakui, tidaklah mudah mengatasi persoalan anak-anak. Butuh seni tersendiri. Namun, kita harus ingat akan peringatan Tuhan Yesus, “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab oirang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah” (Mrk 10:14).
Maka kalaupun pada saat ada anak yang rewel dan menangis dalam Gereja, hendaklah kita memaklumi, toh orangtuanya akan segera berusaha menenangkannya. Kita tidak melihatnya sebagai “gangguan” yang mengusik kekhususk-asyikan kita, laiknya saat menonnton konser. Mungkin kita bisa mengingat komentar Tuhan Yesus, saat para imam kepala dan ahli Taurat merasa bising dan jengkel karena anak-anak dalam Bait Allah berseru “Hosana bagi Anak Daud.” Tanya mereka, “Engkau dengar apa yang dikatakan anak-anak ini?” Kata Yesus kepada mereka, “Au dengar; belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian” (Mat 21:14-16; bdk. Mazmur 8:3). Dan mungkin kita juga bisa memaknai kehadiran (dan risikonya kerewelan) anak-anak dalam Gereja sebagai hal yang patut disyukuri sebab mereka inilah masa depan Gereja kekal dan syukur bahwa sejak dini mereka telah dibiasakan oleh orangtuanya untuk bergaul dengan Kristus dan Gerejanya. Sebaliknya, saya yakin Anda akan merasa “ngenes” bila menyaksikan gereja-gereja di Eropa, hanya dihadiri oleh para lansia! Jarang sekali orang muda dan keluarga muda (plus anak-anaknya) yang memenuhi gereja. Tentu berlimpahnya umat yang hadir dalam Gereja kita, perlu tetap diimbangi dengan upaya menjaga kekhusukan dan kekhidmatan perayaan Ekaristi. Maka kuncinya dalam hal ini adalah katekese iman dalam keluarga akan makna peryaaam Ekaristi itu sendiri bagi kita.


Demikianlah beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kita bisa merayakan Ekaristi bersama dengan khidmat. Semoga.


Oleh: F.X. Didik Bagiyowinadi,Pr

Sumber: Beriman Katolik dari Altar Sampai Pasar (Yogyakarta: Pustaka Nusatama, 2006) 86-93.
http://imankatolik.or.id/forum/viewtopic.php?f=10&t=49
thumbnail

Menjawab "Amin"

Saya seorang pelayan luarbiasa komuni suci. Dalam membagikan Komuni, saya tercengang atas berbagai jawaban berbeda yang disampaikan umat sebagai tanggapan atas perkataan “Tubuh Kristus”. Sebagian besar orang menjawab, “Amin,” tetapi sebagian lainnya menjawab, “Aku percaya.” Adakah hal itu merupakan masalah?
~ seorang pembaca di Great Falls


Jawab singkatnya adalah, “Ya, masalah.” Dalam Pedoman Umum Misale Romawi (2000), rubrik berikut sekali lagi dimaklumkan mengenai penerimaan komuni suci: “… Imam mengangkat sedikit dan menunjukkan Hosti kepada masing-masing orang yang menyambut sambil berkata: `Tubuh Kristus.' Masing-masing orang menjawab: `Amin,' lalu menyambutnya entah dengan lidah entah dengan tangan” (No. 161). Jawaban “Amin” yang sama juga dimandatkan apabila umat yang menyambut menerima Darah Mahasuci dari piala atau jika ia menerima Komuni Suci dengan pencelupan Hosti, yaitu imam mencelupkan Hosti Kudus ke dalam Darah Mahasuci dan meletakkan Sakreman di lidah mereka yang menyambut (lihat juga No. 286-7).

Karena peraturan pokok di atas, muncul pertanyaan mengapa kata “Amin” begitu penting? Kata “Amin” dalam bahasa Ibrani berarti, “sungguh-sungguh,” “benar” atau “memang benar demikian”. Dalam Kitab Suci, “Amin” merupakan suatu penegasan yang khidmat dan suatu seruan pembenaran. “Amin” merupakan bukan hanya suatu pernyataan tegas dan serius, melainkan juga suatu pernyataan otoritas dari dia yang membuat pernyataan tersebut.

Sebagai contoh, dalam Injil St Yohanes (6:53), Yesus mengatakan, “Amin, amin, Aku berkata kepadamu, jika kamu tidak makan daging Putra Manusia dan tidak minum DarahNya, kamu tidak memiliki hidup dalam dirimu.” Ayat tersebut dalam Kitab Suci terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, diterjemahkan sebagai, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya….” Di sini Tuhan dengan khidmad menekankan kebenaran dari apa yang Ia ajarkan.

Dalam Kitab Wahyu (3:14) Yesus mengidentifikasikan DiriNya sebagai “Amin”: “Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah” sebab Ia senantiasa setia akan Sabda-Nya. Di sini, kata “Amin” menekankan otoritas Tuhan kita sebab Ia adalah kebenaran.

Dan yang terakhir, dalam masa apostolik, kata “Amin” dipergunakan dalam liturgi sebagai tanggapan positif terhadap kebenaran keyakinan dan otoritas dengan mana keyakinan diajarkan.

Oleh sebab alasan-alasan di atas, sejak masa Gereja perdana, “Amin” senantiasa merupakan jawaban yang tepat dari umat yang menyambut Ekaristi Kudus. Sebagai contoh, St Yustinus Martir (wafat thn 165) dalam tulisannya “apologiæ” (bab 65-66) mencatat bagaimana “Amin” merupakan tanggapan umat atas doa-doa dan puji syukur yang dipersembahkan imam dalam Doa Syukur Agung. “Amin” merupakan persetujuan umat bahwa Ekaristi Kudus adalah sungguh Tubuh dan Darah Kristus, bahwa imam memiliki otoritas untuk bertindak in persona Christi dalam merayakan Ekaristi, dan bahwa ajaran yang diwariskan oleh para rasul adalah sungguh ajaran Kristus. St Yustinus menulis, “Karena roti dan anggur ini - sesuai dengan satu ungkapan lama - di“ekaristi”kan, kita menamakan makanan ini ekaristi. Seorang pun tidak boleh mengambil bagian dalamnya, kecuali orang yang mengakui ajaran kita sebagai yang benar, telah menerima Pembaptisan untuk pengampunan dosa dan kelahiran kembali dan hidup sesuai dengan petunjuk Kristus. Sebab bukan sebagai makanan biasa ataupun minuman biasa kita menerima roti dan anggur ini; tetapi karena Yesus Kristus Juruselamat kita telah berinkarnasi oleh Sabda Allah dan telah memiliki baik daging dan darah demi keselamatan kita, maka juga, seperti telah diajarkan kepada kita, makanan yang telah diekaristikan oleh doa syukur agung yang ditetapkan oleh-Nya dan oleh perubahan yang dengannya darah dan daging kita dihidupi, adalah keduanya daging dan darah Yesus yang berinkarnasi itu.” Tanpa “Amin,” orang tidak boleh menerimanya.

St Agustinus (wafat thn 430) dalam tulisannya “Sermones” (No. 272) mengajarkan, “Kalau kamu Tubuh Kristus dan anggota-anggota-Nya, maka Sakramen yang adalah kamu sendiri, diletakkan di atas meja Tuhan; kamu menerima Sakramen, yang adalah kamu sendiri. Kamu menjawab atas apa yang kamu terima, dengan `Amin' [Ya, demikianlah] dan kamu menandatanganinya, dengan memberi jawaban atasnya. Kamu mendengar perkataan `Tubuh Kristus', dan kamu menjawab `Amin'. Jadilah anggota Kristus, supaya Aminmu itu benar” (seperti dikutip dalam Katekismus Gereja Katolik, No 1396).

Oleh sebab itu, kita wajib menyatakan “Amin” kita dengan keyakinan yang besar sebelum menyambut Ekaristi Kudus. Sungguh menyedihkan, sebagian orang memutuskan untuk mengubah tanggapannya menjadi “Aku percaya,” atau “Terima kasih,” atau “Ya, kami percaya” atau “Ya, saya.” Segala jawaban ini tidaklah tepat. Jika orang mengatakan, “Aku percaya,” apakah orang tersebut hanya percaya pada komuni kudus yang ia sambut, ataukah ia juga percaya pada Gereja semesta dan segala ajarannya seperti yang dimaksudkan oleh “Komuni”? Jika orang menjawab, “Terima kasih,” maka ia mengambil; tetapi apakah yang ia berikan? Jika orang menjawab, “Ya, kami percaya,” apakah yang dimaksudkannya adalah kelompoknya, jemaatnya, Gereja semesta atau konsepnya sendiri mengenai Gereja? Jika orang mengatakan “Ya, saya,” maka kita perlu menguncinya dalam tabernakel. Jawaban singkatnya adalah, “jawaban yang paling pantas, tepat dan satu-satunya yang sah saat menyambut Komuni Kudus adalah `Amin.'”. Amin.

* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Church in Potomac Falls.
sumber : “Straight Answers: Answering 'Amen'” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2006 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”
thumbnail

Bagaimana Seharusnya Menyambut Komuni Kudus?

Dalam Ekaristi Kudus kita menyambutTubuh dan Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an Yesus Kristus Sendiri

EKARISTI

Mendatangkan bagi kita rahmat-rahmat berharga yang tak terbilang banyaknya.
Suatu perjumpaan akrab mesra dengan Kristus.
Mempererat persatuan dengan Gereja, mempersatukan kita secara lebih penuh ke dalam Kristus. Kita secara sakramental menyambut-Nya masuk ke dalam tubuh kita, agar kita dapat terlebih lagi dilebur dalam Dia.
Memperkuat individu sebab Ekaristi adalah Yesus Sendiri, Sabda yang menjadi manusia.
Mengampuni dosa-dosa ringan kita dan memberikan kepada kita kekuatan untuk menangkal dosa berat.
Adalah sarana utama kehidupan kekal. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia” (Yohanes 6:53-56).


BEBERAPA PERSYARATAN SEBELUM MENYAMBUT KOMUNI

1. Kita harus berada dalam keadaan rahmat.

“Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan” (1 Korintus 11:27).

Dosa berat adalah dosa yang materinya berat dan yang dilakukan secara sukarela dengan pengetahuan penuh akan kesalahan besar tersebut. (Materi berat misalnya: pembunuhan, melakukan atau berperan serta dalam tindak aborsi, perbuatan homoseksual, mengadakan hubungan seksual di luar perkawinan atau berada dalam suatu perkawinan yang tidak sah, dengan sengaja menikmati pemikiran-pemikiran yang tidak murni).

Terkadang, umat Katolik yang berada dalam keadaan dosa berat, karena kebiasaan atau takut mendapat malu, memilih untuk tetap maju dan menghinakan Tuhan daripada tinggal duduk di bangkunya. Iman Gereja awali mengenai hal ini diungkapkan dalam Didaché, ditulis sekitar tahun 70M, yang mengatakan, “Barangsiapa kudus (dalam keadaan rahmat), biarlah ia datang. Barangsiapa tidak, biarlah ia bertobat.”

2. Kita harus sudah mengaku dosa sejak dosa berat kita yang terakhir.

Didaché memberikan kesaksian akan praktek Gereja awali ini. “Tetapi, pertama-tama akukanlah dosa-dosamu, agar kurbanmu murni.”

Kitab Hukum Kanonik menyatakan bahwa hal yang sama berlaku pada masa kini. “Yang sadar berdosa berat, tanpa sambut Sakramen Pengakuan sebelumnya, jangan menyambut Tubuh Tuhan.”

3. Kita wajib percaya akan transsubstansiasi.

“Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya” (1 Korintus 11:29).

4. Kita wajib berpuasa Ekaristis.

Barangsiapa hendak menyambut Ekaristi Mahakudus wajib berpuasa makanan ataupun minuman, terkecuali air putih dan obat, selama sekurang-kurangnya satu jam sebelum Komuni Kudus.

5. Kita wajib sudah menerima Komuni Pertama.

6. Kita wajib tidak berada di bawah suatu hukuman gerejani, misalnya ekskomunikasi.

Mereka yang berada dalam ekskomunikasi dan mereka lainnya yang bersikeras tinggal dalam dosa berat tidak diperkenankan menyambut Komuni Kudus. Kita secara otomatis mendatangkan ekskomunikasi atas diri kita sendiri apabila kita melakukan atau berperan serta dalam aborsi.


APABILA SEMUA PERSYARATAN TERPENUHI, PATUTLAH KITA MENYAMBUT KOMUNI KUDUS SESERING MUNGKIN

Komuni di Lidah

Ketika memberikan Tubuh Kristus kepada seorang yang hendak menyambut, pelayan mengunjukkan Hosti di atas sibori seraya mengatakan, “Tubuh Kristus.”

Cara yang paling dianjurkan dalam menyambut Komuni Kudus adalah di lidah. Supaya imam dapat melayani Komuni, hendaknya kita menjulurkan lidah cukup jauh agar imam dapat dengan hormat menempatkan Hosti di atas lidah tanpa harus memasukkan jari-jarinya ke dalam mulut kita.

Komuni di Tangan

Kita datang, menumpangkan tangan kiri di atas tangan kanan kita dalam bentuk salib (saling bersilang), dan dengan telapak tangan terbuka kita menerima Tubuh Kristus seraya menjawab, “Amin.” Kemudian kita mengambil satu langkah ke samping, masih menghadap altar, memungut Hosti Kudus dengan jemari tangan kanan dan menempatkan Hosti dengan hormat di lidah. Lalu, dengan kedua tangan dikatupkan di depan dada kita kembali ke bangku.

Akhirnya, ucapkanlah syukur secara pantas. Setelah menyambut Yesus masuk ke dalam tubuhnya sendiri dan terlebih lagi dilebur dalam Dia, bagaimana mungkin orang dapat melakukan kurang dari itu?

sumber : “How Do I Receive the Eucharist?” by Father Peffley; Father Peffley's Web Site; www.transporter.com/fatherpeffley
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Francis J. Peffley.”
thumbnail

12 Janji Yesus kepada St Margareta Maria Alacoque bagi mereka yang berdevosi kepada Hati Yesus yang Mahakudus

1. "Aku akan memberikan semua rahmat yang diperlukan sepanjang hidup mereka."
2. "Aku akan memberikan damai sejahtera dalam keluarga-keluarga mereka."
3. "Aku akan menghibur mereka dalam kesukaran-kesukaran mereka."
4. "Aku akan menjadi tempat perlindungan yang aman sepanjang hidup mereka dan terutama saat kematian mereka."
5. "Aku akan mencurahkan rahmat berlimpah pada semua usaha mereka."
6. "Para pendosa akan menemukan dalam Hati Kudus-Ku sumber lautan belas kasihan yang tak terbatas."
7. "Jiwa-jiwa yang suam-suam kuku akan dikuatkan."
8. "Jiwa-jiwa yang kuat akan segera mencapai kesempurnaan yang tinggi."
9. "Aku akan memberkati rumah-rumah di mana lukisan Hati Kudus-Ku ditempatkan dan dihormati. "
10. "Aku akan memberikan kepada imam karunia menggerakkan hati yang paling keras sekalipun."
11. "Siapa saja yang menganjurkan devosi ini, namanya akan tertulis di Hati-Ku, dan tidak akan pernah dihapuskan."
12. "Aku berjanji demi Hati-Ku yang penuh belas kasihan, bahwa kuasa kasih-Ku akan menganugerahkan kepada mereka yang menerima Komuni pada hari Jumat Pertama selama sembilan bulan berturut-turut, rahmat pertobatan terakhir; mereka tidak akan meninggal dalam keadaan melukai Hati-Ku, pun tanpa menerima Sakramen-sakramen terakhir; Hati-Ku akan menjadi tempat perlindungan yang aman pada saat kematian mereka."

disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya
thumbnail

DOA KEPADA HATI YESUS YANG MAHAKUDUS

Hati Yesus Yang Mahakudus, aku mengarahkan diriku pada Hati-Mu Yang Mahakudus. Kuasailah seluruh kepribadianku; ubahlah aku menjadi seperti Engkau. Jadikan tanganku tangan-Mu, kakiku kaki-Mu, hatiku hati-Mu. Ijinkanlah aku melihat dengan mata-Mu, mendengar dengan telinga-Mu, berkata-kata dengan bibir-Mu, mengasihi dengan hati-Mu, memahami dengan pikiran-Mu, melayani dengan kehendak-Mu dan mengabdikan seluruh kepribadianku. Jadikan aku serupa dengan Engkau.

Hati Yesus Yang Mahakudus, utuslah Roh Kudus-Mu untuk mengajar aku agar mengasihi-Mu dan hidup melalui Engkau, dalam Engkau dan untuk Engkau.

Datanglah Roh Kudus, jadikan tubuhku bait-Mu. Datanglah, dan tinggallah dalam aku selamanya. Beri aku kasih terdalam kepada Hati Yesus Yang Mahakudus untuk dapat melayani Dia dengan segenap hati, jiwa, pikiran dan kekuatanku.

Kuasai seluruh kemampuan, tubuh dan jiwaku. Aturlah seluruh hasratku: perasaan dan emosi. Kuasai kepandaian, pengertian dan kehendakku; ingatan dan khayalku. O Roh Kasih Yang Kudus, beri aku rahmat-Mu yang ampuh itu dengan berlimpah. Berilah aku seluruh kebajikan; perkaya imanku, kuatkan harapanku, tingkatkan keyakinanku, dan kobarkan kasihku. Berilah aku ketujuh karunia, buah dan kebahagiaanMu sepenuhnya. Trinitas Yang Mahakudus, jadikanlah jiwaku bait-Mu yang kudus.

AMIN.
thumbnail

Allah dan Tritunggal Maha Kudus

Katekismus pasal 3: Allah dan Tritunggal Maha Kudus

O alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya. [Roma 11:33-36]

Siapakah Allah?
Allah adalah Sang Pencipta "yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya" [Mazmur 146:6].

Apa yang dimaksud dengan kata "Pencipta"?
Artinya Allah membuat segala sesuatunya dari ketiadaan.
"Aku mendesak, ya anakku, tengadahlah ke langit dan ke bumi dan kepada segala sesuatunya yang kelihatan di dalamnya. Ketahuilah bahwa Allah tidak menjadikan kesemuanya itu dari barang yang sudah ada. Demikianpun bangsa manusia dijadikan juga." [2 Makabe 7:28].

Apakah yang dimaksud dengan ciptaan?
Yaitu segala sesuatu yang dijadikan oleh Allah.

Bagaimana kita tahu bahwa Allah itu ada?
Jika kamu meneliti segala hal di dunia ini, kamu harus mengakui bahwa seseorang telah membuatnya.
"Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan. Atau bertuturlah kepadabumi, maka engkau akan diberinya pengajaran, bahkan ikan di laut akan bercerita kepadamu. Siapa di antara semuanya itu yang tidak tahu, bahwa tangan Allah yang melakukan itu; bahwa di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia?" [Ayub 12:7-10]. "Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah" [Mazmur 14:1].

Mengapa kita tidak dapat melihat Allah?
Karena Dia tidak memiliki tubuh.
"Allah itu roh" [Yohanes 4:24].

Dimanakah Allah berada?
Allah itu berada dimana-mana.
"Kemana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, kemana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat diurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. [Mazmur 139:7-8]

Apakah Allah bisa melihat dan mengetahui segala hal?
Ya, karena Dia hadir dimana-mana. Ini adalah fakta yang menghibur.
"Mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik." [Amsal 15:3]

Berapakah umur Allah?
Kita tidak dapat mengukur umur Allah. Dia sudah ada dulu, sekarang dan selama-lamanya, tidak berubah. Ini yang dimaksud dengan kekekalan.
"Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, Engkaulah Allah." [Mazmur 90:2].

Apakah Allah bisa melakukan segala hal?
Ya, "bagi Allah segala sesuatu mungkin " [Matius 19:26].

Apakah Allah itu hidup?
Ya, Allah itu hidup; Dia adalah sumber segala kehidupan.

Apakah Allah tergantung pada seseorang atau sesuatu, atau apakah Dia memiliki cacat barang sedikitpun?
Tidak, Dia independen dan sama sekali sempurna dalam segala hal dan tanpa batasan apapun. Kita menyebut hal ini kesempurnaan yang tanpa batas.
"…tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang." [Kisah para rasul 17:25].

Apakah Allah memperhatikan kita?
Ya, dan Dia mengasihi kita secara pribadi dengan kasih yang tanpa batas.
"Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau." [Yesaya 49:15].

Apakah kasih Allah termasuk mengampuni segala dosa-dosa kita?
Ya, jika kamu sungguh-sungguh menyesali dosa-dosamu.
"Sebab Tuhan, Allahmu, pengasih dan penyayang, Ia tidak akan memalingkan wajah-Nya dari padamu, bilamana kamu kembali kepada-Nya." [2 Tawarikh 30:9b]

Apa yang dimaksud dengan Tritunggal Maha Kudus?
Ini berarti ada tiga pribadi dalam satu Allah.
"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus." [Matius 28:19].

Siapakah tiga Pribadi dalam Allah?
Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus.
"Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu." [1 Yohanes 5:7]

Apakah ketiga Pribadi dalam Tritunggal MahaKudus setara satu dengan yang lainnya?
Ya, Mereka setara, tetapi masing-masing adalah pribadi yang berbeda, dan masing-masing adalah Allah yang sejati, sungguh-sungguh Ilahi.

Bisakah kita memahami kebenaran ini tentang Allah?
Ini adalah suatu misteri yang tidak seorang manusiapun bisa memahami sepenuhnya dengan pikirannya.

Bahan Renungan

Ada banyak hal di dunia ini yang tidak dapat dipahami oleh alam pikiran manusia. Oleh karenanya, jangan heran kalau kita tidak dapat memahami sepenuhnya tentang bagaimana Allah menciptakan dunia.

Jika Allah tidak mewahyukan hal ini kepada kita, kita tidak akan pernah tahu bahwa ada tiga pribadi dalam satu Allah. Allah mewahyukan kepada kita kebenaran yang intim dari diri-Nya karena Dia mengasihi kita dan karena Dia ingin supaya kita melalui iman dan pembaptisan, mendapat keakraban yang mendalam dengan ketiga pribadi.

sumber: http://www.gerejakatolik.net/katekismus/pasal3.htm
thumbnail

Ketika Kita Angkat Tangan, Tuhan Turun Tangan

Tulisan: Cyta (mars_250908@yahoo.com)

Ädikku, kakak mengerti segala kemelut yang kau hadapi. Sedih karena pernikahan yang tertunda, stress karena di PHK, dan tuntutan ekonomi yang berat. “Bagaimana aku menghadapi semua itu?”, Mungkin itu yang selalu menggema di setiap ruang batinmu. Satu hal yang kakak katakan : “Saat manusia menghadapi jalan buntu, itulah saatnya Yesus buka jalan bagimu. Dia akan turun tangan untuk berbuat sesuatu.”
Tak ada manusia yang luput dari masalah, termasuk orang yang percaya. Namun Tuhan ijinkan masalah itu terjadi agar kuasa dan pertolonganNya nyata atas kita. Ia mau, supaya anak-anakNya bertumbuh dewasa dan menjadi kuat dalam iman.

Dik, kalau kita angkat tangan pasti Tuhan akan turun tangan. Penyerahan diri akan membuat Tuhan melangkah turun dari surga. Itu berarti sesuatu yang dahsyat akan terjadi. Apapun yang kau alami kini, baik atau buruk, yakinlah bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala perkara untuk mendatangkan kebaikan (Roma 8:28). Ketahuilah, Ia punya rancangan yang sangat baik. RancanganNya bukanlah rancangan kecelakaan ataupun musibah melainkan rancangan damai sejahtera dan masa depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11).

Saat semua orang, termasuk yang paling dekat denganmu tak lagi mau mengerti dan mengecewakanmu; ketika kau merasa kesepian karena ditinggalkan; ketika hidup menjadi tiada arah, tanpa tujuan pasti, yakinlah bahwa ada satu pribadi yang selalu mengerti dan menerimamu. Dia adalah Yesus Kristus.
Apapun keadaanmu, Dia selalu ada dan bersedia membawamu dalam pelukan erat kasihNya. Dia menyembuhkan luka-luka hatimu; Dia menghapus air mata di pipimu; Dia menyelimutimu dengan sentuhan tangan kasiNya. Dia datang supaya kau memiliki hidup dan memilikinya dalam kelimpahan (Yohanes 10:10b). Dia berkata: “Marilah kepadaKu semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28).

Adikku, lihatlah saat ini Yesus berdiri di depan pintu hatimu, mengetuk dan ingin masuk. Bukalah pintu hatimu, biarkan Dia masuk dan berbuat sesuatu yang terindah dalam hidupmu. Menyembuhkan luka mu, memperbaiki yang rusak, membersihkan yang tak berguna, dan menuntunmu berjalan dalam Roh dan Kebenaran. Karena itu katakanlah :”Yesus, masuklah dalam hatiku. Ampuni dosaku dan jadikan aku manusia baru. Jadilah raja atas hidupku sampai selamanya...” Adikku, percayalah, masa depan dan harapanmu sungguh ada selama kau ijinkan Yesus bekerja dalam hidupmu. Dia akan menyelesaikan semua persoalanmu. Hanya satu yang Dia minta... “Percayalah bahwa mujizat itu nyata”.

Dariku, kakak yang selalu mengasihi dan mendoakanmu.
( Cyta )
thumbnail

Cara Tuhan Berbicara & Mengabulkan Doa Kita

Ada seorang tentara Amerika yang melayani Tuhan berdiri di pinggir jalan untuk mencari tumpangan ke kota Chicago di Illinois. Sebenarnya perbuatan "hitchhiking" ini melanggar hukum dan sangat berbahaya, tetapi tidak ada alternatif lain bagi tentara ini kecuali melakukan hal itu.

Tiba-tiba sebuah limousine (mobil Cadillac panjang yang pintunya di tiap sisi ada empat buah itu) warna hitam menghampiri tentara itu dan memberikan tumpangan. Tentara dan pemilik limousine tersebut saling berkenalan (siapa namanya, asalnya dari mana, kerja di mana, dsb) dan tiba-tiba Roh Kudus membisikkan dalam hati tentara ini untuk membagikan berita mengenai keselamatan di alam Kristus kepada pemilik limousine ini.
Tentara itu menolak bisikan Roh tersebut, karena pikirnya, masakan saya habis melanggar hukum tiba2 memberitakan Kristus, dan terlebih lagi karena tentara ini TAKUT dipukuli pemilik limousine ini dan diturunkan di tengah jalan.
thumbnail

Pelajaran Hidup

Pada suatu hari sepasang suami istri sedang makan bersama di rumahnya.Tiba-tiba pintu rumahnya diketuk seorang pengemis. Melihat keadaan si pengemis itu, si istri merasa terharu dan dia bermaksud hendak memberikan sesuatu. Tetapi sebelumnya, sebagai seorang wanita patuh kepada suaminya, dia
meminta izin terlebih dahulu kepada suaminya, “Wahai suamiku, bolehkah aku memberi makanan kepada pengemis itu?”

Rupanya suaminya memiliki karakter yang berbeda dengan wanita itu. Dengan suara lantang dan kasar menjawab, “Tidak usah! Usir saja dia, dan tutup kembali pintunya!” Si wanita terpaksa tidak memberikan apa-apa kepada pengemis tadi sehingga dia berlalu dan kecewa.

Pada suatu hari yang naas perdagangan lelaki ini jatuh bangkrut.Kekayaannya habis dan ia menderita banyak hutang. Selain itu, karena ketidakcocokan sifat dengan istrinya, rumah tangganya menjadi berantakan sehingga terjadilah perceraian. Tak lama sesudah habis masa iddahnya bekas istri lelaki yang pailit itu menikah lagi dengan seorang pedagang di kota dan hidup berbahagia.

Pada suatu hari ketika wanita itu sedang makan dengan suaminya (yang baru), tiba-tiba ia mendengar pintu rumahnya diketuk orang. Setelah pintunya dibuka ternyata tamu tak diundang itu adalah seorang pengemis yang sangat mengharukan hati wanita itu. Maka wanita itu berkata kepada suaminya, “Wahai suamiku, bolehkah aku memberikan sesuatu kepada pengemis ini?” Suaminya menjawab, “Berikan makan pengemis itu!”.

Setelah memberi makanan kepada pengemis itu istrinya masuk ke dalam rumah sambil menangis. Suaminya dengan perasaan heran bertanya kepadanya, “Mengapa engkau menangis? Apakah
engkau menangis karena aku menyuruhmu memberikan daging ayam kepada pengemis itu?”.

Wanita itu menggeleng halus, lalu berkata dengan nada sedih, “Wahai suamiku, aku sedih dengan
perjalanan taqdir yang sungguh menakjubkan hatiku. Tahukah engkau siapa pengemis yang ada di luar itu? Dia adalah suamiku yang pertama dulu”. Mendengar keterangan istrinya demikian, sang suami sedikit terkejut, tapi segera ia balik bertanya, “Dan engkau, tahukah engkau siapa aku yang kini menjadi suamimu ini? Aku adalah pengemis yang dulu diusirnya!”.

Moral Story:
Di dunia ini tidak ada yang abadi, dunia bagaikan roda berputar, ada kalanya di atas ada kalanya juga di bawah jadi kalau lagi di atas jangan sombong dan takabur, memandang rendah orang lain yang nasibnya tidak beruntung karena bisa saja nasib berubah dan kita yang dulunya berpunya dan berkuasa kini harus merangkak di bawah.

Buat yang sedang di bawah pun harus tetap semangat, jangan cuma mengeluh pasrah karena Tuhan tidak akan merubah keadaan umatNya jika mereka tidak mau berusaha dan hanya bermalas-malasan saja.
thumbnail

Doa Seorang Anak Kecil

Ada suatu cerita Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark-lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik.
thumbnail

Konsekuensi kawin campur

Pagi... saya mau ty.. konsekuensi dr kawin campur itu ap sj.. trusss bagaimana caranya agar kita masih tetap bisa menerima komuni...apabila kita melakukan perkawinan campur....dan satu lagi...dalam jarak wktu brapa lama kita harus perbaharui janji babtis kita...thx untuk bantuannya.GBU


Kawin campur terbagi menjadi dua, yaitu beda Gereja atau beda agama.
Beda Gereja dibagi lagi menjadi 2, yaitu Gereja yang baptisannya diakui sah dan yang tidak.

Dalam perkawinan Gereja Katolik dikenal Sakramen Perkawinan, artinya martabat perkawinan diangkat menjadi Sakramen. Agar hal ini dapat terjadi, maka kedua belah pihak yang menikah harus sudah terbaptis secara sah. Jika tidak, maka perkawinan sakramental tidak mungkin dilakukan.

Dalam kawin campur entah beda gereja atau beda agama, harus dilakukan dalam Gereja Katolik. Untuk melakukannya harus dibicarakan dengan pastor setempat.
Syarat-syarat agar kawin campur dilaksanakan antara lain:
1. Perjanjian bahwa anak-anak yang lahir semuanya dibaptis secara Katolik
2. Perjanjian bahwa pernikahan akan diberkati secara Katolik dan TIDAK BOLEH diberikan pemberkatan lagi entah di gereja lain atau menurut ritus agama lain. Perhatikan baik-baik, di sini merupakan syarat yang memberatkan pihak non Katolik


Jika perkawinan campur dilakukan dalam pemberkatan Katolik, maka pihak yang Katolik tidak berdosa dan tetap berhak menerima Komuni. Namun jika kawin campur dilakukan di luar Katolik, maka pihak Katolik tidak boleh menerima komuni karena dalam keadaan dosa berat. Pernikahan yang tidak diberkati dalam Katolik akan dipandang sebagai perzinahan

Solusinya adalah mengaku dosa akan hal ini (perzinahan), dan membicarakan dengan pastor agar pernikahan secara Katolik segera dilangsungkan. Pihak Katolik tetap tidak boleh menerima Katolik sampai pernikahan secara Katolik sudah dilangsungkan.

Salam,
Secutus Lecto
thumbnail

MENGAPA MISA JUMAT PERTAMA?

1. PERAYAAN JUMAT PERTAMA
Di berbagai macam paroki di Indonesia, gereja-gereja dipadati oleh umat tatkala merayakan misa Jumat Pertama. Berbeda dengan hari-hari Jumat lain, kendati pun ada perayaan Ekaristi, umat tidak mempunyai tradisi untuk menghadiri perayaan hari Jumat yang lain. Hari Jumat Pertama begitu berurat-akar dalam diri umat. Banyak umat merasa, bahwa mereka terpanggil untuk menghadiri misa Jumat Pertama sebagai mana mereka merasa wajib untuk menghadiri misa pada hari Minggu. Apakah latar belakang di balik perayaan Jumat Pertama?
thumbnail

Novena Roh Kudus

Novena Roh Kudus ini dilaksanakan selama sembilan hari, mulai pada hari sesudah kenaikan Yesus ke surga dan berakhir pada hari Sabtu menjelang Pentekosta. Dalam novena ini umat memuji Tuhan yang menjanjikan kedatangan Roh Kudus dan memohon rahmat-Nya agar siap menyambut kedatangan Roh Kudus. Novena ini juga dapat dilaksanakan dalam kesempatan lain.

Hari Pertama

Allah pokok keselamatan kami, karena kebangkitan Kristus kami lahir kembali dalam pembabtisan dan menjalani hidup baru. Arahkanlah hati kami kepada Kristus yang kini duduk di sebelah kanan-Mu. Semoga Roh-Mu menjaga kami sampai Penyelamat kami datang dalam kemuliaan, sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin
Dilanjutkan dengan Rosario Roh Kudus ...
thumbnail

Pentingnya Komunitas Kristiani

Komunitas Kristiani merupakan jawaban Allah terhadap pengaruh dunia dalam kehidupan kita. Allah ingin membentuk suatu lingkungan yang bisa menyembuhkan dan membentuk kembali kehidupan orang Kristen serta melawan pengaruh dunia. Suatu komunitas Kristiani adalah sekelompok orang yang secara terbuka mewartakan bahwa Yesus adalah Tuhan mereka dan yang menyatakan kasih Allah dengan berbagi hidup bersama - sama orang Kristen yang lain. Komunitas pria dan wanita yang membaktikan hidup sepenuhnya kepada Kristus dan sesama ini melepaskan kuasa Allah untuk mengubah kehidupan manusia, untuk mengungkapkan kasih- NYa dan untuk menolak serta memperbaiki pengaruh dunia.

Orang -orang dalam suatu komunitas Kristiani berkumpul karena satu alasan: pola hubungan - hubungan, ide - ide dan nilai - nilai Kerajaan Allah dimana Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus merupakan inti kehidupan bersama kelompok ini dan kehadiran Allah benar - benar nyata.

Suatu komunitas Kristiani bukanlah serangkaian kegiatan Kristiani. Persekutuan doa, studi Alkitab, pelayanan evangelisasi dan peristiwa - peristiwa social semuanya memang penting, tapi yang hakiki adalah suatu komitmen cinta kasih yang kokoh antara masing - masing anggota tubuh. Hubungan pribadi mereka melampaui kegiatan sehari - hari yang formil. Anggota - anggota komunitas saling mendukung melalui kontak yang sering, pergaulan social yang tidak formil dan berbagi sumber materi. Cinta kasih di dalam suatu komunitas Kristiani tidak bisa dibatasi sampai pada beberapa peristiwa yang terorganisir, tetapi berkelimpahan sampai menyelimuti seluruh kehidupan seseorang. Suatu komunitas Kristiani bertumbuh bila komitmen cinta kasih yang ada di dalamnya bertumbuh.
thumbnail

Langkah - langkah praktis untuk menerima bimbingan Allah

Kita bisa menerima bimbingan Allah lewat :

4.1. Doa

Salah satu cara terbaik agar bertumbuh dalam mendengarkan Allah adalah berdoa secara khusus mohon bimbingan - Nya. Kita seharusnya berdoa untuk bagian - bagian khusus kehidupan kita yang membutuhkan arah, dan juga untuk kebijaksanaan umum dalam keputusan sehari - hari. Kalau kita belajar mencari kehendak Allah untuk hidup kita dalam doa, kita akan mengetahui kehendak Allah dengan lebih yakin.

4.2. Belajar dan merenungkan

Kita seharusnya secara teratur mempelajari bagaimana Allah mengungkapkn diri-Nya dalam Kitab Suci dan dalam tulisan - tulisan rohani para pengajar Kristen dan para kudus. Selain itu, kita seharusnya juga membiasakan diri merenungkan pengalaman - pengalaman hidup kita, agar kita bisa menemukan tanda - tanda yang tersembunyi dalam peristiwa - peristiwa hidup.
thumbnail

Busana dan Perilaku Pantas di Gereja

Sesungguhnya, beberapa minggu belakangan ini saya menerima beberapa surat senada mengenai perilaku yang kurang pantas di gereja. Di satu pihak, kita tak perlu heran akan perilaku dan busana yang kurang pantas di gereja. Bagaimanapun, kita tinggal di tengah masyarakat di mana orang mencocok bagian-bagian tubuh mereka dan memasanginya dengan cincin - telinga, alis, hidung, lidah - yah, seperti yang biasa dilakukan para petani kepada ternak-ternak mereka (walau bahkan mereka pun tidak mencocok lidah). Banyak perusahaan sekarang menerapkan “Jumat Santai” di mana para karyawan pria dan wanita tidak harus mengenakan busana formal. Tetapi, The Wall Street Journal baru-baru ini melaporkan bahwa sebagian besar karyawan sekarang lebih tampak amburadul pada hari “Jumat Santai” dan dengan demikian melakukan pekerjaan mereka dengan amburadul pula. Semakin sering saya melihat busana santai pada acara-acara pernikahan dan pemakaman, yang selalu dipandang sebagai acara-acara “resmi”. Banyak orang telah melupakan sopan-santun, seperti membukakan pintu bagi seseorang, teristimewa wanita, atau menawarkan tempat duduk dalam bis kota bagi wanita, terutama yang sedang hamil atau yang lanjut usia. (Saya dibesarkan sebagai orang yang tahu sopan santun, entah orang menganggap saya sok atau kolot, terserahlah). Semakin jarang saja kata-kata “silakan” dan “terima kasih” sampai ke telinga kita. Yah, kita tak perlu heran jika perilaku yang kurang santun demikian masuk juga ke dalam gereja-gereja kita.

Sementara kita tak perlu heran akan perilaku masyarakat yang demikian, namun hendaknya kita tidak terbawa arus dan merendahkan diri kita dengan ikut-ikutan berperilaku demikian. Juga demi hormat terhadap Gereja, setiap kita wajib mengusahakan “Perilaku Misa” yang pantas, dan teristimewa para orangtua hendaknya memastikan bahwa mereka mengajarkan Perilaku Misa yang pantas kepada anak-anak mereka.

Sebab itu, sebagai seorang imam dan sebagai seorang yang dibesarkan serta dididik oleh orangtua yang baik dan saleh, saya akan coba mengemukakan apa yang saya anggap sebagai Perilaku Misa yang pantas.

Pertama-tama, marilah kita mulai dengan bagaimana kita mempersiapkan diri untuk merayakan Misa. Hendaknya setiap orang berbusana pantas. Seperti layaknya kita berbusana sopan dan pantas untuk pergi ke pesta atau untuk menemui seorang yang kita hormati, misalnya Bapa Uskup atau Bapa Suci, demikianlah kita berbusana untuk menemui Tuhan, yang hadir dalam Ekaristi Kudus. Tentu saja, mungkin kita dapat sedikit lebih santai, tetapi haruslah tetap rapi, bersih dan sopan. Terus terang, celana pendek hanya pantas dikenakan oleh anak-anak yang masih amat muda; T-shirts sebaiknya disimpan untuk piknik; celana ketat sebaiknya disimpan untuk senam; dan baju strapless / backless yang minim sebaiknya dibakar saja. Dalam memutuskan apa yang akan kita kenakan, hendaknya kita memikirkan ini, bahwa “Aku berdandan untuk bertemu dengan Tuhan-ku dan untuk ikut ambil bagian dalam misteri keselamatanku.”

Sebelum meninggalkan rumah, para orangtua perlu memastikan anak-anak pergi ke kamar kecil terlebih dahulu. Orang-orang yang keluar masuk bangku sepanjang Misa untuk pergi ke kamar kecil sungguh mengganggu. Memang, mereka punya alasan yang tepat untuk mempergunakan kamar kecil pada waktu Misa berlangsung. Tetapi, saya pikir sebagian anak-anak mulai menjadikannya sebagai suatu kegiatan rutin: pada saat homili, pergi ke kamar kecil; pada saat Komuni, minum air, dan lalu pergi ke kamar kecil. Sungguh, saat saya masih kecil, saya bahkan tidak tahu bahwa Gereja St Bernadette menyediakan kamar kecil; sebab, kecuali jika saya merasa mual dan hendak muntah, saya tidak pernah meninggalkan bangku selain dari saat menyambut Komuni Kudus.

Selanjutnya, berangkatlah dari rumah pada waktunya agar tiba di gereja sebelum Misa dimulai, sebaiknya sekitar sepuluh menit sebelumnya. Dengan demikian kita punya cukup waktu untuk berdoa dan siap untuk ikut ambil bagian dalam Misa. Tentu saja, terkadang suatu hal mendadak terjadi sehingga keluarga terlambat datang ke gereja; berbeda situasinya jika umat senantiasa datang terlambat.

Ketika tiba di gereja, buanglah permen karet pada tempat sampah yang tersedia. Pastilah ada suatu tempat khusus di api penyucian bagi mereka yang biasa melekatkan permen karet di bangku-bangku gereja. (Sesungguhnya, tak seorang pun diperbolehkan mengunyah permen karet mengingat peraturan puasa sebelum menyambut Komuni). Mereka yang membuang tissue, lembar warta paroki, puntung-puntung rokok, bungkus permen / makanan, dan macam-macam sampah lainnya dalam wilayah gereja kemungkinan besar akan harus tinggal juga di tempat yang sama dalam api penyucian.

Saat masuk ke dalam gereja, pastikan kita membuat Tanda Salib dengan air suci, gerak isyarat ini mengingatkan akan Pembaptisan kita dan menguduskan kita. Sebelum duduk di bangku umat, pastikan kita melakukan genuflect (= berlutut dengan satu kaki), suatu sikap hormat yang penting terhadap kehadiran Tuhan kita dalam Ekaristi Kudus dalam tabernakel. Matikan nada dering sekaligus nada getar telepon genggam. Bukan saja perhatian orang yang seharusnya penuh tertuju kepada Tuhan menjadi terbagi, melainkan orang-orang lain pun akan terganggu oleh nada dering ataupun nada getar yang berbunyi selama Misa (lihat “Tinggalkan Telepon Genggam di Rumah” oleh Rm William P Saunders).

Dalam bersembah sujud, kita perlu ikut ambil bagian dalam nyanyian dan doa-doa, mendengarkan bacaan-bacaan Misa dengan seksama dan mendengarkan homili dengan penuh perhatian. Saya selalu heran akan “tiang-tiang garam” yang tak pernah membuka mulut mereka untuk menyanyi ataupun berdoa, atau akan “barisan kentang” yang membaca warta paroki sepanjang homili. Para orangtua hendaknya membantu anak-anak mereka: hari Minggu yang lalu, saya melihat seorang ibu yang menelusuri kalimat demi kalimat dalam lembar Misa dengan jari-jarinya agar kedua puteranya yang masih kecil dapat lebih mudah mengikuti dan memberikan perhatian pada perayaan Misa. Pada intinya, semua orang hendaknya ikut ambil bagian dalam Misa dengan penuh hormat dan sukacita.

Para orangtua perlu membimbing anak-anak mereka. Yesus mengasihi dan menyambut hangat anak-anak, tetapi anak-anak perlu dibantu. Jika anak mulai rewel, maka orangtua hendaknya segera membawa si anak keluar dan menenangkannya sebelum membawanya masuk kembali ke dalam gereja. Anak-anak hendaknya tidak dibiasakan makan dan minum dalam gereja, tidak dibiarkan menggemerincingkan kunci, menjatuhkan mainan-mainan, menyepak-nyepak bangku, berjalan-jalan atau berlarian dalam gereja. Tingkah laku yang demikian menganggu umat lainnya, dan teristimewa mengganggu imam yang mempersembahkan Misa. Orangtua haruslah menjadi orangtua, dengan menerapkan kasih sayang dan disiplin pada anak-anak.

Ketika menyambut Komuni Kudus, senantiasa lakukanlah dengan penuh hormat. Haruslah kita senantiasa sepenuhnya sadar bahwa kita menyambut Tuhan kita. Jika kita menyambut Komuni Kudus di tangan, pastikan tangan kita bersih dan disusun bagaikan tahta bagi Tuhan. Setelah menerima Hosti Kudus, kita harus segera menyantapnya sebelum berbalik dan kembali ke bangku. Komuni Kudus jangan pernah dianggap sebagai semacam antrian makanan di kantin, melainkan sebagai suatu perjumpaan mesra dengan Tuhan.

Setelah komuni, setiap orang wajib mengucap syukur atas anugerah berharga yang diterima dan membiarkan rahmat memenuhi jiwa. Betapa tragis melihat orang-orang meninggalkan Perayaan Ekaristi tepat setelah menyambut Komuni Kudus, bukan karena suatu keadaan darurat, melainkan karena mereka ingin menjadi orang pertama yang meninggalkan tempat parkir. Saya hanya dapat memikirkan Yudas, orang pertama yang meninggalkan Perjamuan Kudus sebelum selesai. Mempersembahkan kepada Tuhan satu setengah jam - dan biasanya kurang dari itu - demi Kurban Kudus Misa, bukanlah suatu pengorbanan yang teramat besar. Saya bertanya-tanya bagaimana perasaan orang-orang ini jika tamu mereka meninggalkan rumah mereka tengah perjamuan makan tanpa berpamitan dan mengucapkan terima kasih.

Akhirnya, Misa diakhiri dengan berkat penutup; tinggallah hingga imam berarak masuk sebelum kita meninggalkan bangku. Sungguh baik jika umat bubar setelah lagu penutup selesai dinyanyikan. Tetapi, sebelum meninggalkan bangku, pastikan buku-buku doa telah dikembalikan ke tempatnya. Pastikan kita memungut tissue, lembar warta paroki, bungkus permen / makanan, atau barang-barang lainnya; jangan biarkan orang lain yang harus membereskan sampah kita; mungkin juga bangku akan segera dipakai untuk Misa berikutnya. (Suatu ketika, ibu saya, yang biasa membantu membersihkan Gereja St Bernadette, mendapati popok yang sudah terpakai ditinggalkan begitu saja di bangku gereja).

Saya yakin, point-point yang saya kemukakan di atas tidak sulit dilakukan, namun sering saya jumpai selama pelayanan saya sebagai imam. Saya juga tak ingin terlalu bawel atau cerewet, melainkan hanya mengajarkan penghormatan yang memang sudah sepantasnya bagi Misa yang saya persembahkan dengan penuh cinta. Ya, kita hidup dalam dunia yang amburadul di mana banyak orang telah melupakan sopan santun dan disiplin yang pantas. Uskup Agung Fulton Sheen mengatakan bahwa sopan santun “adalah penghormatan hati kepada kekudusan keluhuran manusia” (Thoughts for Daily Living, hal 50). Perilaku yang santun, entah dalam Misa ataupun dalam situasi-situasi lainnya dalam kehidupan sehari-hari, mengungkapkan rasa hormat kita kepada satu sama lain, dan kepada Tuhan.

* Fr. Saunders is dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College and pastor of Queen of Apostles Parish, both in Alexandria.
sumber : “Straight Answers: Appropriate Behavior in Church” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©1999 Arlington Catholic Herald, Inc. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”
thumbnail

Tinggalkan Telepon Genggam di Rumah

Telepon genggam merupakan trend baru. Semakin banyak saja orang yang memiliki telepon genggam dan terlihat mempergunakannya sementara mereka mengendarai mobil, berjalan kaki, menyusuri lorong-lorong supermarket, atau sekedar berdiri di suatu tempat. Lebih payah lagi, seorang imam teman saya di keuskupan lain, yang adalah imam paroki sebuah gereja yang berbentuk bundar, melihat para remaja di satu sisi gereja menelepon teman-teman mereka yang duduk di seberang, di sisi gereja yang lain. Kita mendengar telepon genggam berdering di pertokoan, di restoran, dan yang menyedihkan dalam perayaan Misa - betapa menjengkelkan. Bagi sebagian orang, telepon genggam yang diselipkan di ikat pinggang atau dalam dompet, atau bahkan dikalungkan di leher, memberikan gengsi tersendiri, teristimewa di kalangan para remaja; namun saya selalu bertanya-tanya, “Siapakah yang membayar pulsa mereka?” Walau telepon genggam sungguh memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam banyak hal, terutama dalam keadaan darurat, orang tidak boleh diperbudak oleh telepon genggam. Mengapakah orang harus selalu terus-menerus dapat dikontak? Seperti segala hal lainnya, ada masa dan saat yang tepat bagi segala sesuatu; dering telepon genggam yang mengganggu, sama sekali tidak dapat dibenarkan membuyarkan kekhidmadan perayaan Misa.

Memang tidak ada peraturan khusus mengenai telepon genggam, namun demikian rasa hormat terhadap Misa akan membantu kita memahami bagaimana menanggapi pertanyaan di atas. Konsili Vatikan Kedua, dalam “Konstitusi tentang Liturgi Kudus” mengajarkan, “Sebab melalui Liturgilah dalam Korban Ilahi Ekaristi, `terlaksanalah karya penebusan kita'. Liturgi merupakan upaya yang sangat membantu kaum beriman untuk dengan penghayatan mengungkapkan Misteri Kristus serta hakekat asli Gereja yang sejati” (No. 2).

Jangan pernah lupa bahwa kita berkumpul bersama sebagai Gereja untuk merayakan Misa agar dapat bersama dengan Tuhan kita, dan bahwa Ia sungguh hadir di antara kita (bdk “Konstitusi tentang Liturgi Kudus” No. 7). Kristus hadir dalam Sabda Kitab Suci, “sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan dalam Gereja.” Setiap orang wajib mendengarkan Sabda dengan seksama dan mencamkannya dalam hati.

Kristus hadir pula dalam imamat kudus yang Ia percayakan kepada para rasul-Nya, yang senantiasa diteruskan hingga hari ini melalui Sakramen Imamat kepada para imam-Nya. Seorang imam bertindak atas nama pribadi Kristus, jadi apabila imam melayani sakramen, Kristus Sendiri yang sesungguhnya melayani sakramen.

Kristus hadir dalam Ekaristi Kudus. Kurban berdarah Kalvari dihadirkan dalam kurban tak berdarah Misa Kudus. Roti dan anggur yang dipersembahkan sungguh diubah, di“transsubstansiasi” menjadi Tubuh dan Darah-Nya, Jiwa dan Ke-Allahan-Nya. Kristus hadir secara istimewa bagi kita dalam Ekaristi Kudus; Ia mengundang setiap orang yang menerima Komuni Kudus untuk masuk ke dalam persatuan kudus dengan-Nya.

Kristus hadir dalam diri setiap orang beriman. Namun demikian, kehadiran-Nya ini paling sulit disadari. Kita harus memiliki kehendak untuk memilih Kristus di atas segalanya, dan mengasihi Kristus di atas segalanya. Setiap orang wajib berjuang untuk ikut ambil bagian sepenuhnya dalam perayaan Misa; menjadikan Misa sebagai suatu sembah sujud sejati kepada Allah. Dengan segala beban dan tanggung jawab yang harus dihadapinya tiap-tiap hari, umat beriman wajib memberikan satu jam saja selama seminggu dan mempersembahkan sepenuhnya bagi Allah, demi keselamatan jiwanya sendiri. Benar bahwa setiap orang harus bergulat melawan distraksi-distraksi yang mengganggu konsentrasinya dalam Misa, namun demikian setiap orang wajib melakukan yang terbaik guna melenyapkan sebanyak mungkin distraksi yang mungkin, dan memusatkan perhatian pada Misa Kudus.

Sebab itu, matikanlah telepon genggam. Dalam abad di mana komunikasi dapat dilakukan tanpa kabel, setiap umat beriman hendaknya mempergunakan bentuknya yang pertama, yaitu doa yang khusuk. Bukannya diinterupsi oleh dering telepon genggam, malahan setiap orang perlu menginterupsi hidupnya sehari-hari bagi Tuhan. Kita menjawab panggilan telepon seseorang yang mungkin sifatnya penting, tetapi menjawab panggilan Tuhan dalam Misa Kudus, baik sebagai anggota komunitas Gereja maupun sebagai pribadi, jauh terlebih penting. Jaringan telepon genggam kita dapat menjangkau hubungan internasional, tetapi jaringan ibadah sembah sujud kita dalam Misa Kudus bahkan menjangkau hubungan persekutuan dengan para kudus - yaitu persekutuan kita dengan semua santa dan santo serta para malaikat di surga, jiwa-jiwa di api penyucian dan segenap umat beriman di dunia ini - dan tanpa dibebani biaya roaming! Sebab itu, matikanlah telepon genggam dan biarkan baterainya diisi; dengan demikian baterai jiwa kita juga akan diisi. Marilah kita menjalin komunikasi sejati dengan Tuhan dalam Misa, daripada berkomunikasi dengan sesama, sebab tersedia banyak waktu untuk itu di luar Misa.

Dering telepon genggam yang berbunyi pada waktu Misa, mengganggu orang banyak yang berusaha mengarahkan diri dan memusatkan perhatian pada Tuhan. Dalam beberapa kesempatan, dering telepon yang berbunyi pada saat homili dan saat Doa Syukur Agung sungguh membuyarkan konsentrasi saya. Sebab itu, demi rasa hormat kepada Tuhan dan sesama, telepon genggam wajib dimatikan pada waktu Misa, dan bahkan jauh lebih baik jika ditinggalkan di rumah. Bagi sebagian orang, para dokter misalnya, yang mungkin sedang “dinas jaga”, nada getar sama efektifnya dengan nada dering. Marilah kita mempersembahkan kepada Tuhan perhatian yang penuh tak terbagi; tak ada seorang pun atau suatupun yang pantas mengganggu saat-saat kita yang berharga bersama Tuhan.


* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and a professor of catechetics and theology at Notre Dame Graduate School in Alexandria.
sumber : “Straight Answers: Leave Cell Phones at Home” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2004 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”
thumbnail

Dalam Sebuah Gereja Katolik: apa yang ada di sana dan mengapa?

Mike mengajak teman perempuannya ikut Misa pada hari Minggu yang lalu, dan sesudahnya Mike mengatakan kepada saya, “Saya tidak akan pernah melakukannya lagi! Ashley bukan seorang Katolik dan ia memberondong saya dengan berbagai macam pertanyaan yang saya tidak tahu bagaimana menjawabnya, dan itu terjadi bahkan sebelum Misa dimulai! Gereja Katolik kita mempunyai begitu banyak hal yang tidak dimiliki gerejanya, dan ia ingin tahu barang-barang apa itu dan mengapa ada di sana.”

Dalam artikel ini, saya akan berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan Mike bagi kalian, kalau-kalau saja kalian menghadapi situasi yang sama. Atau mungkin kalian sendiri terkadang bertanya-tanya mengenai apa-apa yang kalian lihat dalam sebuah gereja Katolik.

Sebuah gereja Katolik tidak seperti tempat pertemuan yang luas lainnya, seumpama stadion olahraga atau ruang konser. Dalam sebuah gereja, tidak ada tempat bagi sekedar penonton.

Misa bukanlah sesuatu yang kita tonton, melainkan sesuatu yang kita lakukan. Keseluruhan gereja adalah “lapangan main” dan kalian adalah bagian dari timnya; keseluruhan gereja adalah “panggung” dan kalian adalah pemainnya. Kita berperan; Tuhan dimuliakan.


Mari Masuk

Yang pertama kalian lihat pada saat kalian memasuki pintu sebuah gereja Katolik adalah sebuah kolam air - air dengan mana kita dibaptis - sebab Pembaptisan adalah pintu masuk ke dalam Gereja. (Di sebagian gereja, sebuah bejana air suci di tiap-tiap pintu menggantikan kolam pembaptisan.)

Sementara memasuki pintu gereja, aku mencelupkan tanganku ke dalam air, membuat Tanda Salib dan memperbaharui janji-janji yang diucapkan orangtuaku atas namaku pada saat aku dibaptis. Dekat kolam pembaptisan, atau dekat bejana baptis, berdiri tegak sebuah lilin besar yang disebut Lilin Paskah. Pada awal perayaan Paskah kita setiap tahun, yakni pada Malam Paskah, kita menyalakan lilin ini untuk pertama kalinya. Terang dan teladan Kristus menghalau keraguan dan ketakutan kita sama seperti terang nyala lilin menghalau kegelapan.
thumbnail

Bulan Mei, Bulan Maria

Sebentar lagi bulan Mei tiba.
Inilah bulan di mana kita menghormati bunda Maria, ibunda Tuhan kita Yesus Kristus.
Tahukah Anda bahwa penghormatan terhadap Maria juga merupakan hasil perkembangan dalam Gereja sejak abad XVII hingga abad XIX ?

Pada tanggal 1 Mei 1965, Paus Paulus VI dengan ensiklik Mense Maio menegaskan kembali tradisi kesalehan ini dengan menyatakan bahwa penghormatan kepada Bunda Maria pada bulan Mei merupakan “kebiasaan yang amat bernilai“. Adapun kebiasaan bulan Oktober sebagai bulan rosario dinyatakan pertama kalinya oleh Paus Leo XIII pada akhir abad XIX yang menganjurkan umat beriman untuk berdoa rosario setiap hari pada bulan Oktober.
thumbnail

Lima Perintah Gereja

Sebelumnya sudah disebutkan 5 perintah Gereja, namun mungkin banyak yang tertarik untuk mengenal lebih lanjut perintah2 tersebut.
Mari kita elaborasikan lebih lanjut.

1. Engkau harus mengikuti Misa Kudus dengan khidmat pada hari Minggu dan hari raya.

Hari Raya terbesar dan teragung yang dirayakan Gereja adalah Paskah, di mana Kristus bangkit.
Dari sini mengalir semua peringatan, pesta dan hari-hari raya lainnya.
Setiap hari minggu dilihat sebagai kenangan akan kebangkitan Tuhan, dan merupakan hari raya, di mana umat Katolik dituntut hadir untuk ambil bagian melaksanakan tugasnya dalam keimaman Kristus, mempersembahkan korban syukur kepada Bapa, yaitu Kristus sendiri dalam korban Ekaristi.
thumbnail

Apa Itu Stigmata?

Stigmata adalah tanda luka-luka Yesus yang tersalib, yang muncul secara tiba-tiba pada tubuh seseorang. Termasuk dalam tanda sengsara ini adalah luka-luka paku di kaki dan tangan, luka tombak di lambung, luka di kepala akibat mahkota duri, dan luka bilur-bilur penderaan di sekujur tubuh, teristimewa di punggung. Seorang stigmatis, yaitu orang yang menderita akibat stigmata, dapat memiliki satu, atau beberapa, atau bahkan semua tanda sengsara itu. Stigmata dapat kelihatan, dapat pula tidak kelihatan; dapat permanen, dapat pula sementara waktu saja.
thumbnail

Santo Nuno Alvares Pereira

Minggu ini, 26 April, keluarga besar Karmel khususnya O.Carm akan digembirakan karena salah satu orang kudus yang dihormati, beato Nuno Alvares Pereira O.Carm akan dikanonisasi oleh Paus Benediktus XVI. Beliau akan menjadi salah seorang dari 5 santo/ santa yang pada hari bersamaan akan dikanonisasi.

Biografi beliau secara singkat bisa dilihat:
http://www.vatican.va/news_services/liturgy/saints/2009/ns_lit_doc_20090426_nuno_en.html

Empat orang lainnya yang pada hari Minggu nanti menerima gelar Santo/Santa adalah:
thumbnail

Bosankah dengan formulasi dan rutinitas Misa?

Bosankah dengan formulasi dan rutinitas Misa?
Oleh: Yohanes AW [mailto.aw@gmail.com]

Banyak orang mengeluh bahwa mereka bosan menghadiri Misa. Mereka bingung mengapa dalam Misa sudah dirumuskan sedemikian rupa urut-urutan ibadatnya, lalu dengan formula-formula doa yang sudah dirumuskan. Beberapa orang dari protestan juga sempat bertanya, "Mengapa tidak berdoa spontan saja? Berdoa kan harus dari dalam hati? Bukan dari doa-doa yang dirumuskan?"

Harus spontan??
Orang-orang tertentu, khususnya yang melankolik atau romantis, merasa bahwa doa kepada Allah seharusnya mengalir dari spontanitas hati. Hati yang kagum, heran pada Allah memberikan kata-kata spontan dalam doa mereka. Dengan spontanitas kata-kata bisa indah dan "alami".

Pernahkah kita berpikir kenyataan tentang rutinitas dalam hidup kita? Tanpa adanya rutinitas kita hanya dapat memperoleh sedikit saja dari hidup ini. Seandainya hidupku sepenuhnya mengalir dari hati / afeksi saja apa yang terjadi? Ketika aku dalam good mood aku akan bekerja dengan rajin, tepat waktu, menyelesaikan tugas secara perfect. Lalu ketika aku bad mood, maka aku tidak berangkat kerja, aku tidur saja di rumah. Tapi kenyataannya ialah bahwa pekerjaan membutuhkan konsistensi bukan perasaan. Dengan spontanitas kita hanya memperoleh sedikit! Dengan rutinitas kita membangun diri kita dengan lebih baik! Ya dengan jadwal dan rutinitas.

Rutinitas menunjukkan konsistensi Cinta
Demikianlah pula di dalam kehidupan rohani kita. Mencintai Allah bukan soal perasaan. Mencintai ialah keputusan untuk dijalankan penuh komitmen. Apakah kehidupan rohani harus diwarnai perasaan cinta yang romantis? Dengan doa menggebu-gebu? Doa penuh improvisasi sehingga hati kita merasa "senang" atau "puas" saat berdoa? Coba lihatlah Yesus yang penuh cinta kasih kepada BapaNya. Ketika Ia berdoa di taman getsemani, apakah Ia berdoa dengan begitu romantisnya?